Pages

Tuhan..Siapa Jodohku?

Entah kenapa…
Entah apa yang ada di benak ku ini sehingga begitu
menginginkan pernikahan itu ada, mendambakan dan
menginginkan hadirnya suara tangis dan tawa bayi.
Mengurus rumah tangga, menjadi ibu dan istri dari anak dan
suamiku, yang rela setiap hari bangun lebih pagi untuk
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan suami dan anak-
anak yang bergegas untuk berangkat kerja dan berangkat ke
sekolah. Yaaa…!!! Itu impian ku…
Tuhan… mengapa khayalan tak seindah kenyataan?
Disaat aku mulai menemukan kehidupan baru dengan Dirga
namun secepat itu kebahagiaan itu juga hilang.
Dirga yang berjanji akan menikahi aku dan ingin membina
rumah tangga bersamaku, ternyata lebih memilih pergi dari
kehidupanku entah apa alasannya… aku juga tidak tahu. Ku
ikhlaskan apa yang sudah menjadi jalan Tuhan.
Itu sekilas tentang Dirga… orang yang sempat menjadi
target buat masa depan ku…
Sering kali bahagia melihat mereka yang tertawa bahagia
bersama bayi, suami ataupun istrinya…
Dalam hati suka iri melihat kedekatan yang seperti itu.
Suami membawa tas yang berisi popok, susu dan
perlengkapan bayi, istri menggendong bayinya. Hmmm…suatu
hari nanti aku juga pasti begitu, mungkin belum waktunya.
Dan aku sadar umurku juga masih terlalu muda untuk
membina rumah tangga, namun jika ada yang terbaik, calon
imam yang baik yang mampu menuntun aku seumur hidup
kenapa enggak untuk nikah muda? Bukannya menarik, jika
punya anak nanti mama dan papanya masih muda dan yaaah…
bisa dibilang jadi mama papa modern buat anak-anak. Itu
yang aku impi-impikan.
Khayalan ku buyar ketika nada dering ponsel berbunyi
beberapa kali… Aku lihat di layar ponsel “Ryan memanggil…”
Kupandangi ponsel tanpa menerima panggilan itu, berpikir
bahwa telepon itu hanya untuk mendengar kata maaf dari
Ryan mantan pacar setahun lalu yang tiba-tiba hadir kembali
setelah hubunganku dengan Dirga berakhir dan Ryan meminta
untuk memulai hubungan lagi dengan ku…
Setahun lalu pernah ada rasa yang begitu teramat besar
untuknya, namun ketika Ryan melakukan kesalahan yang
mungkin terlalu fatal, rasa itu perlahan hilang..
Yaaah… Ryan diam-diam menjalin hubungan dengan Andira
sahabat aku sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya aku
waktu itu. Sahabat yang sudah aku anggap saudara kandung,
selalu bersama-sama dalam keadaan apapun namun telah
melukai aku dengan kelakuan yang seperti itu. Tuhan… apa
salahku?
Dan ketika aku mengetahui hal itu, dengan gampangnya
Andira hanya meminta maaf sembari menangis dan memeluk
aku sambil mengatakan dia khilaf. Apa aku harus memaafkan
kelakuannya itu?
“Maafin aku Ta… aku khilaf.. Aku tau ini salah tapi aku
mohon kamu jangan benci aku Ta, aku janji tinggalin Ryan, aku
janji…”
Itu lah yang diucapkan Andira. Aku tidak tahu harus berbuat
apa. Mau marah juga semua sudah terjadi.
Menghela nafas panjang…
“Ra… aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu, apa aku pernah
jahatin kamu Ra? Apa pernah? Kok bisa-bisanya kamu giniin
aku… Oke Ra kalau masalah Ryan mungkin aku ikhlas dan
nganggap Ryan cowok bajingan… Nah gimana kamu? Apa aku
harus bilang kamu sama bajingannya sama Ryan?”
Ucapku kesal, dan tiba-tiba air mata juga jatuh… Yaaa aku
enggak kuat… enggak kuat nerima ini semua. Kenapa harus
dengan sahabat aku?
Andira memeluk ku, masih berusaha agar mendapatkan maaf
dari ku. Apa aku harus memaafkan Andira?
Entahlah…
Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya
dengan Ryan. Ryan tidak terima atas keputusanku, namun aku
tetap harus mengakhiri ini. Tak perduli Ryan terima atau
tidak… ini menjadi keputusanku.
Seminggu, dua minggu, tiga minggu tidak pernah lagi aku
bertemu Andira ataupun komunikasi seperti biasanya.
Mungkin Andira juga malu dan merasa bersalah terhadapku.
Atau mungkin dia juga sudah melupakan kejadian itu.
Namun… ketika aku membuka recents update di bbm,
terkejut luar biasa disana terpajang foto Ryan di display
picturenya Andira.. Ya Tuhan… ternyata Andira masih
berhubungan dengan Ryan..
Dan melalui bbm aku menghubungi Andira…
“Gak nyangka yaa masih berhubungan ternyata..”
“Ta aku udah coba menghindar dari Ryan, tapi Ryannya gak
mau kami berakhir dan mau jalani hubungan ini dengan baik”
“Ku pikir kalian sama aja, sama brengseknya… sama
bajingannya… Oke aku gak ada hak apa-apa lagi atas Ryan,
tapi kamu Ra, tega banget ya sampe buat aku sesakit ini.
Cukup kamu jadi sahabat aku sampe disini Ra, aku terlalu
benci sama kamu…”
“Tita… maafin aku!!!”
Dan setelah percakapan singkat itu melalui bbm aku pun
menghapus kontaknya.
Tuhan, kenapa terus-terus aku disakiti seperti ini oleh
orang-orang yang aku sayang?
Setahun berlalu…
Tanpa Andira, tanpa Ryan itu artinya tanpa sahabat tanpa
pacar. Aku tak terlalu merisaukan hal itu.
Yang aku tau aku masih mempunyai teman-teman di sekitar
yang masih bisa menghargai aku, masih punya keluarga
lengkap yang sayangnya ke aku luar biasa. Dan yang membuat
ku lupa juga karea aku sibuk bekerja.
Namun ketika malam menjelang tidur, selalu muncul bayang-
bayang rasa ingin memiliki pacar lagi.
Yaaah… begitulah aku, tak pernah lelah mengarahkan hati ini
pada lelaki mana saja jika dia mampu membuat aku nyaman
walaupun belum tau pada akhirnya akan kecewa lagi atau
tidak. Rasa trauma itu tak pernah ada, jika aku merasakan
sakit namun hanya dalam sekejap saja aku sudah bisa lupa.
Dan bisa dengan mudah membuka kembali pintu hati aku buat
mereka orang-orang yang baru aku kenal. Itu lah aku yang
dengan gampang menaruh hati, main hati, jatuh hati dan pada
akhirnya patah hati. Tetapi kenapa sedikitpun aku tak pernah
merasakan trauma yang luar biasa?
Perkenalan kami singkat, hanya melalui chat di bbm. Dia
bernama Adytia. Aku tak tau sebenarnya dia tau pin
blackberry aku dari mana, dia hanya mengatakan dapat dari
Noval teman aku. Yah, aku tak perdulikan itu, biarlah.. Lagi
pula aku tidak terlalu respect dengan dia.
“Haiii Tita… aku mau kenal dengan kamu nih, kalau diizinkan
juga mau tau lebih banyak tentang kamu..” Ucapnya membuka
percakapan.
Aku heran, dan tak menggubris bbm itu, berlalu kemudian
end chat pesan itu.
“Hiiii Tita… kenapa sih chat aku gak pernah dibalas? Kamu
jangan takut, aku ini orang baik-baik kok… Aku cuma ingin
berteman dengan kamu..” Ucapnya lagi.
Aku yang semakin kesal dengan tingkahnya yang seringkali
memulai chat itu akhirnya mulai membalas chatnya dan mulai
mencari tau apa mau lelaki satu itu.
“Kenapa? Ada apa? Kalau mau kenalan ya kenalan aja… aku
gak keberatan…” Balasku.
Sepertinya dia juga merasa bahagia yang luar biasa ketika
aku mulai membalas chatnya. Datar siiih… namun jadi setiap
hari komunikasian dan saling mengingatkan entah itu
mengingatkan waktunya makan dan sholat. Dan entah kenapa
juga aku sepertinya mulai respect dengannya. “Ada apa lagi
ini dengan perasaanku?”
Semakin berlanjut dan semakin dekat. Sampai pada suatu hari
itu… aku memposting status di bbm yang isinya “Tuhan… aku
kapan nikah ya?”
Dan Adyt langsung memulai chatnya lagi dengan aku.
“Doakan saja… berharap lah kepada Tuhan agar didekatkan
jodohnya”
Aku tersenyum dalam hati menerima chat itu dan tanpa pikir
panjang aku membalas chat itu.
“Iya niiih, pengen banget aku nikah Dyt… aku cape sendiri
begini jalani hari-hari?”
“Kamu masih muda Ta… nah aku? Aku udah seharusnya nikah…
Umurku sudah tidak bisa dikatakan remaja lagi, jauh
ketinggalan sama teman-teman. Aku diledekin karena belum
punya pacar juga sampai sekarang… Kamu nikah sama aku aja
hehehehe…”
Entah kenapa ketika Adyt mengatakan begitu jantung ini gak
beraturan degupnya. Ada getaran yang luar biasa. Seperti
ada sesuatu kebahagiaan yang mungkin sudah di depan mata.
“Hahahaha ada-ada aja kamu Dyt… Kamu bisa nikahin aku tapi
aku mau diajakin holiday ke Bali dulu donk…” Balasku sambil
canda-candaan.
“Beneran Ta kamu mau ke Bali.. ya udah aku booking tiket
sekarang.. buat kita berdua, tanggal 23 November ini yah…
skalian aja deh aku mau tunangan sama kamu disana..”
Haaah? Aku tercengang… bingung campur senang aku juga
enggak tahu. Segitu seriusnya Adyt menanggapi perkataan
aku?
Ini gila!!! Adyt benar-benar mengurus semua akomodasi
untuk keberangkatan kami ke Bali.
“Pokoknya sepulang dari Bali, kita ke Solo ketemu orangtua
aku sehabis itu kita ke Medan, aku mau kita menikah…”
Ucapnya
Aku tak menjawab, rasa haru itu datang. Aku tak tahu ini
kenyataan atau hanya sekedar kata-kata. Hanya Tuhan yang
mengetahui apa ini sebenarnya. Dan aku berusaha yakin,
memang Adyt lah lelaki itu, malaikat yang dikirimkan Tuhan
untukku, untuk menemani hidupku. Hati ku juga sudah
sepenuhnya mempercayai Adyt, memulai semuanya dengan
datar dan berharap Adyt lah orang yang selama ini aku
inginkan.
Namun dua minggu setelah itu.. Adyt mulai menghilang,
kontak dia di bbm sudah tidak aku temukan. Nomor
teleponnya juga tidak aktif. Ya Tuhan… ada apa lagi ini? Aku
tetap masih berpikir Adyt mungkin sibuk karena tiga hari
lalu Adyt sempat kasih kabar dia tidak akan memakai
Blackberry lagi.. Aku masih berpikir bahwa dia masih sibuk
memindahkan semua kontak di ponsel barunya.
Namun selama berhari-hari nomor teleponnya juga tidak
aktif. Aku mulai putus harapan. Mulai merasakan sakit itu
lagi. Mulai merasakan kehilangan lagi. Aku berusaha tanya ke
teman-temannya dimana dia juga tidak ada yang mengetahui
dia ada dimana. Ya Tuhan… aku harus bagaimana?
Pasrah… berdoa… berharap.
Cuma itu yang mampu aku lakukan. Memandangi tiket
kepergian kami ke Bali memejamkan mata dan dalam hati
terus berdoa agar mendapatkan kepastian dari Adyt.
Di satu sisi lain hati ingin berteriak mengatakan “Tuhan…
siapa jodohku?”
Namun akhirnya aku sadar harapan tak seindah kenyataan.
Hidup tetap harus berjalan.. Di luar sana mungkin ada yang
lebih menginginkanku sungguh-sungguh. Aku percaya akan hal
itu. Tuhan mengasihiku lebih dari yang aku tau. Mungkin
dengan kejadian ini aku sadar harus berhati-hati menaruh
hati.
Tetapi aku tau aku selalu bisa mengobati lukaku sendiri
dengan mengenal orang-orang baru di sekitar dan memulai
membuka hati lagi dan lagi.. That’s me…

0 komentar:

Posting Komentar